Kamis, 08 Desember 2011

MATERI PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS


MATERI AJAR KIMIA POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS
Pernah dengar tentang istilah redoks? Apa sih redoks itu? Dan bagaimana aplikasinya/penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
Mari kita pelajari tentang Reaksi Redoks berikut:
Mata Pelajaran                        : Kimia
Kelas                                       : X
Semester                                  : Genap
Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
Alokasi Waktu                        : 6 jam pelajaran / 6x45 menit (3 minggu)
Guru Bidang Studi                 : Agustina Sari Wahyuni, S. Pd
Standar Kompetensi               : 3. Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi reduksi.
Kompetensi Dasar                   : 3.1. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Indikator                                 :
v  Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari Reaksi Pengikatan dan Pelepasan Oksigen, Reaksi Serah Terima Elektron dan Reaksi Perubahan Biloks (Bilangan Oksidasi).
v  Menentukan biloks dari atom unsur dalam suatu senyawa atau suatu ion poliatomik.
v  Menentukan oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan hasil reduksi dalam suatu reaksi redoks.
v  Menjelaskan reaksi autoredoks dan dapat menentukan satu zat yang bertindak sebagai oksidator dan reduktor sekaligus.

DEFENISI REDOKS
Redoks merupakan singkatan dari Reduksi Oksidasi.
Ada 3 defenisi Redoks dalam perkembangannya yaitu:
1.      Defenisi Redoks sebagai Reaksi Pengikatan dan Pelepasan Oksigen
Oksidasi adalah Pengikatan Oksigen oleh suatu zat.
Contoh: 4 Fe(s) + 3O2(g)→2Fe2O3(s)
Reduksi adalah Pelepasan Oksigen dari suatu zat.
Contoh: Fe2O3(s) + 3CO(g)→2 Fe(s)+ 3CO2(g)
2.      Defenisi Redoks sebagai Reaksi Serah Terima Elektron
Oksidasi adalah Pelepasan Elektron.
Contoh: Ca→Ca2+ + 2e
Reduksi adalah Penyerapan Elektron.
Contoh: S+2e→S2-
3.      Defenisi Redoks sebagai Reaksi Perubahan Biloks (Bilangan Oksidasi)
Oksidasi adalah Penambahan Biloks
Reduksi adalah Penurunan Biloks
Contoh: Ca + S → Ca2+ + S2-
Biloks Ca dari 0 naik jadi +2, Ca mengalami Oksidasi.
Biloks S dari 0 turun jadi -2, S mengalami Reduksi.
Oksidator adalah Zat yang mengalami reduksi di pereaksi.
Reduktor adalah Zat yang mengalami oksidasi di pereaksi.
Hasil Oksidasi adalah Zat yang mengalami oksidasi di hasil reaksi.
Hasil Reduksi adalah Zat yang mengalami reduksi di hasil reaksi.
Sebagai Oksidator dalam persamaan reaksi diatas adalah: S
Sebagai Reduktor dalam persamaan reaksi diatas adalah: Ca
Sebagai Hasil Oksidasi dalam persamaan reaksi diatas adalah: Ca2+
Sebagai Hasil Reduksi dalam persamaan reaksi diatas adalah: S2-
DEFENISI BILOKS
Biloks merupakan singkatan dari Bilangan Oksidasi.
Biloks suatu unsur dalam senyawa adalah:
Bilangan yang menunjukkan jumlah banyaknya muatan suatu unsur dalam senyawa.
ATURAN MENENTUKAN BILOKS
1.      Unsur bebas memiliki biloks = 0.
Unsur bebas adalah
Contoh Unsur bebas adalah: H2, N2, O2, F2, Cl2,Br2, I2, P4, S8, Al, Fe.
2.      Biloks H dalam senyawanya pada umumnya = +1.
Contoh:
Biloks H dalam H2O adalah +1.
Biloks H dalam NH3 adalah +1.             
Kecuali dalam senyawa hidrida logam, biloks H = -1.
Contoh Senyawa Hidrida Logam adalah: NaH, BaH2.
3.      Biloks O dalam senyawanya pada umumnya = -2.
Contoh:
Biloks O dalam H2O adalah -2.
Biloks O dalam H2SO4 adalah -2.
Biloks O dalam CaO adalah -2.
Kecuali dalam senyawa peroksida (H2O2), biloks H = -1.
Dan dalam senyawa Superoksida adalah KO2, Biloks – ½.
Contoh Senyawa Hidrida Logam adalah: NaH, BaH2.
4.      Biloks Unsur Logam selalu bernilai positif.
Contoh:
Biloks Unsur Golongan IA (H, Li, Na, K, Rb, Cs, Fr) = +1.
Biloks Unsur Golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra) = +2.
Biloks Unsur Golongan IIIA (B, Al, Ga, In, Tl) = +3.
Biloks Unsur Fe = +2 dan +3.
Biloks Unsur Cu = +1 dan +2.
Biloks Unsur Hg = +1 dan +2.
Biloks Unsur Au = +1 dan +3.
Biloks Unsur Ag = +1.
Biloks Unsur Zn = +2.
Biloks Unsur Sn = +2 dan +4.
Biloks Unsur Pb = +2 dan +4.
Biloks Unsur Pt = +2 dan +4.
4.      Biloks suatu unsur dalam ion monoatomik/ion tunggal = muatannya.
Contoh:
Biloks Fe dalam ion Fe3+ = +3.
Biloks Fe dalam ion Fe2+ = +2.
Biloks O dalam ion O2- = -2.
Biloks Cl dalam ion Cl- = -1.
5.      Biloks Unsur Golongan VII A pada senyawanya (F, Cl, Br, I) = -1.
6.      Jumlah biloks unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0.
Contoh:
Jumlah biloks H2SO4 = 0.
Jumlah biloks H2SO4 = (2. Biloks H) + (1. Biloks S) + (4. Biloks O) = 0
Jumlah biloks CO (NH2)2 = 0.
Jumlah biloks CO (NH2)2 = (1. Biloks C) + (1. Biloks O) + (2. Biloks N) + (4. Biloks H) = 0.
Jumlah biloks C6H12O6 = 0.
Jumlah biloks C6H12O6 = (6. Biloks C) + (12. Biloks H) + (6. Biloks O)=0.
7.      Jumlah biloks unsur-unsur dalam suatu ion poliatomik = sesuai muatannya.
Contoh:
Jumlah biloks OH-= (1. Biloks O) + (1. Biloks H) = -1.
Jumlah biloks SO42- = (1. Biloks S) + (4. Biloks O) = -2.
REAKSI AUTOREDOKS
Reaksi Autoredoks atau Reaksi Disproporsionasi adalah:
Reaksi Redoks dimana oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama.
Jadi, sebahagian dari zat tersebut mengalami oksidasi dan sebahagian lainnya dari zat tersebut mengalami reduksi.
Contoh:
Cl2(g) + 2 OH-(aq)→Cl-(aq) + ClO-(aq) + H2O(l)
0                             -1           +1
Dalam reaksi tersebut Oksidator dan Reduktornya merupakan zat yang sama yaitu Cl2.
APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIBUPAN SEHARI-HARI
1.      Pembakaran Bahan Bakar Roket
2.      Proses Pemutihan
3.      Mencegah Kerusakan Radikal Bebas
4.      Pengolahan Air Limbah
Sekian dan Terima Kasih
Semoga Bermanfaat bagi para pembacanya...:)












Senin, 05 Desember 2011

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR DAN PENULISAN KARYA ILMIAH
DOSEN          : Dr. MARHAM SITORUS, M. Si
DRAFT ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS I SEMESTER 2 DENGAN MENGGUNAKAN KETERAMPILAN BERTANYA GURU PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DI SMU NEGERI 3 TEBING TINGGI TAHUN AJARAN 2002/2003
Agustina Sari Wahyuni
NIM: 98311536
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia/A/S-1
FMIPA Universitas Negeri Medan Estate 20221

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keterampilan bertanya guru dalam upaya peningkatan hasil belajar Kimia siswa kelas I semester 2 pada pokok bahasan Struktur Atom di SMU Negeri 3 Tebing Tinggi tahun Ajaran 2002/2003. Pengajaran Kimia Struktur Atom dengan menggunakan keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Karena pengajaran Kimia dengan menggunakan keterampilan bertanya guru memberikan motivasi belajar kepada siswa, terhindar dari komunikasi satu arah, hanya guru yang aktif menjelaskan didepan kelas tanpa adanya respon dari siswa atau pola belajar siswa menerima, sehingga terjadi interaksi dua arah yang aktif antara guru dengan siswa pada proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga pola mengajar tidak pola guru sentris/berpusat kepada guru, tetapi pola mengajar yang siswa sentris/berpusat pada siswa. Guru Kimia yang memiliki keterampilan bertanya guru  yang baik dapat mengemas Kimia dengan menarik untuk disajikan dan disampaikan kepada siswa, sehingga teknik penyampaian materi pelajaran dalam Kimia interaktif.Populasi penelitian ini adalah siswa SMU Negeri 3 Tebing Tinggi Kelas I Semester 2 Tahun Ajaran 2002/2003, dan sampel penelitian ini diambil secara random sampling (acak) dan diperoleh kelas I4 sebagai kelas kontrol dan kelas I1 sebagai kelas eksperimen. Dari hasil analisis data diperoleh, bahwa kedua kelompok kelas terdistribusi normal dan varians kedua kelas homogen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “Hasil belajar Kimia siswa yang diberi pengajaran dengan menggunakan teknik keterampilan bertanya guru lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak diberi pengajaran dengan menggunakan teknik keterampilan bertanya guru pada pokok bahasan Struktur Atom”.
Kata Kunci:  Pengajaran Kimia, keterampilan bertanya guru, struktur atom, hasil belajar Kimia, siswa SMU.
Pendahuluan
Mata pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di kelas I SMU dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran / minggu, dan tergolong baru bagi siswa kelas I SMU karena selama di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) belum diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, karena masih terintegrasi dalam mata pelajaran IPA terpadu dalam Biologi dan Fisika SMP. Pengalaman pendidikan yang sering dihadapi oleh para guru Kimia SMU adalah adanya gejala Kimia Phobia (ketakutan terhadap mata pelajaran Kimia) yang melanda sebahagian besar siswa (Asmin, 1993). Masalah  yang paling umum ditemukan para guru Kimia di SMU dalam pembelajaran Kimia adalah kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran Kimia sebagai mata pelajaran yang sulit, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya (Situmorang, dkk. 2003). Hal ini mungkin disebabkan oleh penyajian materi Kimia yang kurang menarik dan menimbulkan perasaan bosan dan jenuh terhadap siswa, sehingga menyebabkan kesan angker bagi mata pelajaran Kimia tersebut. Akibatnya banyak siswa SMU yang kurang menguasai konsep-konsep dasar mata pelajaran Kimia.
Sebagai guru mata pelajaran Kimia di SMU, selain menyampaikan materi pelajaran, guru juga hendaknya mengembangkan topik pelajaran agar hasil belajar optimum. Untuk mencapai hasil belajar yang optimum tersebut, maka siswa tidak sekedar dituntut untuk menghafal tetapi memahami materi Kimia tersebut dengan cara meningkatkan kemauan siswa mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan yang sedang dipelajarinya di dalam kelas. Salah satu cara guru untuk menggali kemampuan  dan potensi siswa tersebut adalah dengan menggunakan keterampilan bertanya guru. Sehingga guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengajarkan Kimia yang meliputi keterampilan mengelola proses belajar mengajar Kimia itu sendiri didalam kelas. Pengajaran Kimia akan dapat berlangsung efektif jika guru yang mengajarkan Kimia memiliki keterampilan bertanya (Asmin, 1993). Dan didukung pula oleh pernyataan, pertanyaan guru mata pelajaran Kimia mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada kualitas hasil belajar Kimia siswa (Winne, 1995).
Pendidikan adalah suatu proses pengembangan diri individu dan kepribadian seseorang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterlampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga mampu meyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pengertian ini dapat memberi petunjuk yang sangat jelas tentang perlunya diselaraskan secara dinamis semua aspek pendidik, dalam arti bahwa proses pendidikan harus mencerminkan adanya pilihan akhir meningkatkan harkat manusia. Ini berarti bahwa prakarsa guru memegang peranan penting di dalam meningkatkan mutu pendidikan yang terlihat secara langsung dari prestasi hasil belajar yang dimiliki para siswanya.
Kimia merupakan salah satu bidang pendidikan sains, yang hingga saat ini, ilmu kimia dianggap salah satu bidang studi yang sulit dipelajari oleh siswa. Hal itu dapat dilihat dari cukup banyaknya siswa yang terpaksa menambah jam belajarnya melalui bimbingan studi ataupun melalui “private lesson” dengan guru ataupun mahasiswa yang dianggap pintar.
Sama halnya dengan menjelaskan, sepertinya tidak ada suatu peristiwa pengajaran tanpa disertai dengan pemberian/pengajuan pertanyaan guru terhadap peserta didiknya, baik hal tersebut dilakukan terhadap kelas secara klasikal, kelompok kecil yang memang telah dibentuk ataupun dialamatkan secara individual pada seorang peserta didik. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru yang menuntut respon atau jawaban dari peserta didik.
            Bagaimanapun suatu pertanyaan yang diajukan guru akan mengandung unsur pengendalian atas pengajaran yang berlangsung. Kenyataan itu memungkinkan pengajaran menjadi menarik perhatian anak, menuntut mereka untuk berpikir dan menjawabnya dengan tepat. Pengajuan pertanyaan yang bermakna dan menarik perhatian anak hingga anak benar-benar merasa senang dalam belajar, merupakan tugas guru mulia dan tidak sederhana. Pekerjaan ini bisa dihubungkan dengan persoalan penciptaan kelas yang semakin demokratis dan kondusif atas pencapaian prestasi belajar yang tinggi.
Keterampilan Bertanya Guru
Menurut Permana (1999), Keterampilan Bertanya bertujuan untuk: merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, memotivasi peserta didik agar terlibat dalam interaksi belajar, melatih kemampuan untuk mengutarakan pendapat, mencapai tujuan belajar, memperoleh ilmu pengetahuan.
Pengajuan pertanyaan tidaklah begitu saja dapat dilakukan oleh guru. Menurut Permana (1999), prinsip-prinsip yang penting untuk diperhatikan dalam bertanya adalah sebagai berikut: pertanyaan hendaknya singkat, jelas dan disusun dengan kata-kata yang sederhana, pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja dan memberikan waktu berpikir, pertanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random (acak), pertanyaan didistribusikan secara merata kepada para peserta didik, pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan peserta didik, sebaiknya hindari pertanyaan retoris.
Menurut Mulyasa (2002), berbagai teknik dalam bertanya yang dapat dikembangkan guru adalah: mula-mula tujukan pertanyaan kepada seluruh kelas agar semua siswa turut berpikir dan merumuskan jawaban dalam hati masing-masing, memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab, suasana dalam tanya jawab hendaknya tidak tegang, apabila ada siswa yang tidak dapat menjawab, alihkan pertanyaan kepada siswa yang lain, agar siswa tersebut tidak menjadi malu dan membuang-buang waktu, pertanyaan yang diajukan hendaknya mengenai pokok-pokok penting yang harus dimengerti oleh siswa, sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk menarik perhatian kelas dan melatih disiplin, satu atau dua pertanyaan dapat ditujukan kepada siswa yang tidak memperhatikan.
Menurut Permana (1999), hal-hal yang harus dihindari dalam bertanya adalah: mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak, mengulang-ulang pertanyaan sendiri, mengulang jawaban peserta didik.
Menurut Sihombing (2001), Keterampilan Bertanya dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan atas 2 (dua) tingkat yaitu: keterampilan bertanya dasar, yang terdiri atas 6 (enam) komponen yakni: jelas dan singkat, pemberian acuan, kecepatan dan selang waktu, pemindahan giliran, penyebaran dan pemberian tuntunan dan keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri atas 4 (empat) komponen yakni: pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
Struktur Atom
Dalam Kurikulum 1994 (Suplemen 1999) Kimia SMU, pokok bahasan Struktur Atom diajarkan pada semester kedua di kelas I (satu) Program Umum (Depdikbud, 1999). Struktur Atom termasuk pokok bahasan yang sulit untuk diajarkan pada siswa kelas I (satu) SMU. Struktur Atom terkesan sulit karena merupakan integrasi dengan Sejarah Perkembangan Atom mulai dari Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr dan Modern, Susunan dan 3 (tiga) partikel dasar penyusun atom, Sistem Periodik Unsur yang sangat kompleks, lengkap dengan Unsur, Nama dan Lambang Unsur, Nomor Atom, Nomor Massa Atom Relatif, Nomor Massa Molekul Relatif, Golongan dan Periode, Konfigurasi Elektron dan Elektron Valensi, Isotop, Isobar dan Isoton, yang merupakan fondasi dasar yang amat esensial dalam mempelajari Ilmu Kimia, dan banyaknya istilah-istilah yang belum pernah dijumpai di Sekolah Menengah Pertama. Dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) mata pelajaran Kimia SMU, Struktur Atom meliputi: Perkembangan teori atom mulai dari Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr sampai Modern, Perkembangan tabel periodik unsur, Struktur Atom.
Metode Penelitian
Metodologi yang dilakukan pada penelitian Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Keterampilan Bertanya Guru Pada Pengajaran Struktur Atom meliputi tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, rancangan penelitian, langkah-langkah penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian, analisis data, prosedur penelitian, indikator kinerja, personalia penelitian yang ikut melakukan penelitian dan justifikasi anggaran biaya penelitian dijelaskan berikut ini.
Penelitian ini dilaksanakan di semester 2 kelas I SMU Negeri 3 Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi, tahun ajaran 2002/2003. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 – 25 Januari 2003.
Sebagai populasi adalah semua siswa kelas I SMU Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2002/2003, yang terdiri dari 6 (enam) kelas paralel yaitu:
-          Kelas I1 berjumlah 31 orang
-          Kelas I2 berjumlah 31 orang
-          Kelas I3 berjumlah 32 orang
-          Kelas I4 berjumlah 32 orang
-          Kelas I5 berjumlah 32 orang
-          Kelas I6 berjumlah 32 orang
Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak (Simple Random Sampling). Menurut Husaini (2000), salah satu cara pengambilan sampel dari populasi dengan cara simpel random sampling ialah dengan undian. Sampel penelitian diambil dari populasi sebanyak 2 (dua) kelas yaitu kelas I4 sebagai kelas kontrol dan kelas I1 sebagai kelas eksperimen.
Variabel dalam  penelitian  ini ada dua jenis, yaitu : Variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau dapat dijadikan sebagai bentuk perlakuan, sedangkan variabel terikat adalah hasil akibat dari pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa :
1.      Sebagai variabel bebas, adalah  pengajaran dengan menggunakan keterampilan bertanya guru
2.      Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan struktur atom
Penelitian ini bersifat eksperimen. Dalam melaksanakan penelitian ini melibatkan 2 (dua) perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
            Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelas
Free-test
Perlakuan
(Variabel Bebas)
Post-test
(Variabel Terikat)
Eksperimen
Y1
X1
Y2
Kontrol
Y1
X2
Y2

Keterangan:
Y1 = Tes awal (Free-test)
Y2 = Tes akhir (Post-test)
X1 = Pengajaran dengan menggunakan keterampilan bertanya guru
X2 = Pengajaran tanpa menggunakan keterampilan bertanya guru
(dengan metode   ceramah)
Untuk melaksanakan penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
ü  Menyusun jadwal penelitian
ü  Membuat program satuan pelajaran
ü  Menyiapkan tes
b. Tahap Pelaksanaan
ü  Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada
ü  Memberikan tes awal
ü  Melaksanakan proses belajar mengajar
ü  Memberikan tes akhir
Proses penelitian ini pelaksanaannya berdasarkan perancangan penelitian yang dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:
a. Tahap pertama   :Melakukan Free-test
b. Tahap kedua      :Memberikan pengajaran dengan menggunakan keterampilan bertanya guru pada kelas eksperimen dan memberikan pengajaran tanpa keterampilan bertanya guru (dengan metode ceramah) pada kelas kontrol
c. Tahap ketiga      : Melakukan Post-test
Pokok Bahasan
Kegiatan Pengajaran Kelas Eksperimen
Waktu
Kegiatan Pengajaran Kelas Kontrol
Waktu
Struktur Atom
Pemberian free-test untuk pokok bahasan Struktur Atom
45 menit
Pemberian free-test untuk pokok bahasan Struktur Atom
45 menit
Penyajian materi pelajaran dengan menggunakan keterampilan bertanya
10 x 45 menit
Penyajian materi pelajaran tanpa menggunakan keterampilan bertanya (dengan metoda ceramah saja)
10 x 45 menit
Pemberian post-test untuk pokok bahasan Struktur Atom
45 menit
Pemberian post-test untuk pokok bahasan Struktur Atom
45 menit
      Instrumen dalam penelitian ini menggunakan satu instrumen yaitu tes hasil belajar siswa yang disusun dalam bentuk tes objektif yang berjumlah 20 soal dengan 5 option (a, b, c, d dan e). Tes hasil belajar tersebut, ditentukan validitas item, reliabilitas item, daya pembeda item dan taraf kesukaran item.
Hasil dan Pembahasan
Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17,00 dengan uji analisis Paired samples t-test, diperoleh hasil sebagai berikut:
Paired Samples Statistics

Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1
freetest
29,8438
64
8,30800
1,03850
posttest
72,5000
64
9,17208
1,14651


Paired Samples Correlations

N
Correlation
Sig.
Pair 1
freetest & posttest
64
,396
,001






Paired Samples Test

Paired Differences
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
Pair 1
freetest - posttest
-42,65625
9,63495
1,20437
-45,06299
-40,24951
-35,418
63
,000

Untuk hasil analis data lainnya adalah sebagai berikut:


Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std. Error
Statistic
freetest
64
15,00
45,00
29,8437
1,03850
8,30800
posttest
64
45,00
90,00
72,5000
1,14651
9,17208
Valid N (listwise)
64






Dilihat dari nilai rata-rata pada tes awal (29,8) dan rata-rata tes akhir (72,4) serta nilai sig.(2-tailed) = 0.000 < α 0.05, maka dapat dibuat
Kesimpulan :
Pengajaran dengan menggunakan Keterampilan Bertanya Guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.

Maka menerima Ha yakni Terdapat pengaruh yang signifikan dari keterampilan bertanya guru terhadap hasil belajar Kimia siswa kelas I Semester 2 pada pokok bahasan Struktur Atom di SMU Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2002/2003 dan menolak Ho yakni Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari keterampilan bertanya guru terhadap hasil belajar Kimia siswa kelas I Semester 2 pada pokok bahasan Struktur Atom di SMU Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2002/2003 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).



Kesimpulan dan Saran
            Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengajaran Kimia pada pokok bahasan Struktur Atom dengan menggunakan Keterampilan Bertanya Guru dapat meningkatkan hasil belajar Kimia siswa. Keterampilan bertanya guru meningkatkan kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas agar cara penyampaian materi pelajaran lebih menarik dengan adanya interaksi dua arah yang aktif antara guru dan siswa, sehingga suasana pembelajaran Kimia lebih hidup dan terhindar dari ketegangan dan ketakutan siswa terhadap mata pelajaran Kimia yang dianggap sulit. Diharapkan para guru Kimia hendaknya menggunakan keterampilan bertanya guru untuk penyampaian pokok bahasan Struktur Atom karena sudah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan keterampilan bertanya guru pada pengajaran pokok bahasan lain dalam mata pelajaran Kimia, bahkan pada mata pelajaran lainnya.
Ucapan Terimakasih
      Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan ijin penelitian ini dan Bapak Drs. M. Siahaan, Kepala SMU Negeri 3 Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara  yang memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian ini. Siswa-siswi SMU Negeri 3 Tebing Tinggi sebagai populasi dan sampel dalam penelitian ini. 











DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, (2002), Pengantar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Asmin, (1999), Pengaruh Kemampuan Menguraikan Materi Ajar, Kreatifitas dan Pengalaman Mengajar Terhadap Keterampilan Bertanya Guru Matematika SMP di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang, Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED

Azhari, H.A., (1995), Psikologi Pendidikan, Dina Utama, Semarang

Dahar, Wilis, R., (1989), Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta

Depdikbud (1999), GBPP Kimia1994  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Suplemen 1999), Jakarta

Djamarah, S. B. dan Zain, A., (1995), Strategi Belajar Mengajar,Rinela Cipta, Jakarta

Engkoswara, (1984), Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Bina Aksara, Jakarta

Hasibuan, A.B., (2000), Cara Belajar yang Efektif, Depdiknas, Jakarta

Husaini, Usman, (2000), Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta

Pangaribuan, P., (2000), Profesi Kependidikan, LPTK, UNIMED

Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), (2001), Keterampilan Bertanya dalam Proses Belajar Mengajar IPA, Depdiknas, Jakarta

Roestiyah, (1982), Strategi Belajar Mengajar, Bina Aksara, Jakarta

Sardiman, M. A., (2000), Interaksi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Selamat, Redhana, (2001), Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Bermain Menggunakan LKS Non-Eksperimen untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Laboratorium Singaraja, Jurnal Ilmu Pendidikan, FMIPA, Universitas Singaraja

Sihombing, L.N., (2001), Pengajaran Mikro, UPPL, UNIMED

Slameto, (1988), Evaluasi Pendidikan, Bina Aksara, Jakarta

Sumantri, M. dan Permana, J. (1999), Strategi Belajar Mengajar, Depdiknas, Jakarta

Sutresna, N., (2000), Panduan Menguasai Kimia,Ganeca Exact, Bandung

Witherinton, (1983), Psikologi Pendidikan,Aksara Baru, Jakarta